Saturday, June 29, 2013

Benarkah Gemuk Mudah Stroke ?

Orang gemuk lebih mudah terkena stroke dan serangan jantung
Jika Anda kelebihan berat badan, berdiet bisa membantu Anda meredakan inflamasi dalam tubuh, demikian kata peneliti dari Johns Hopkins University School of Medicine. Sebab berat badan berlebih memang identik dengan peningkatan inflamasi yang memicu serangan jantung hingga stroke.

"Penelitian kami mengindikasikan orang yang diet bisa menurunkan gejala inflamasi dan mengurangi risiko penyakit jantung, baik itu diet rendah lemak atau rendah karbohidrat, terang peneliti Kerry Stewart, seperti yang dikutip dari The Daily News (07/11).
Namun Stewart menegaskan kalau ada faktor penting yang harus diperhatikan ketika menurunkan berat badan. Menurutnya, lemak di perut merupakan bagian penting yang sebaiknya dijadikan target penurunan berat badan.
Peneliti tepatnya menganalisis 60 orang berusia 30-65 tahun yang kelebihan berat badan atau obesitas terutama yang memiliki lemak lebih banyak di bagian perutnya. Selama enam bulan, mereka menjalani diet rendah lemak atau rendah karbohidrat dan rutin berolahraga tiga kali seminggu.
Selama proses tersebut, peneliti mencatat tanda-tanda inflamasi, berat badan, body mass index (BMI), dan jumlah lemak di perut.
Hasilnya, responden yang melakukan diet rendah karbohidrat menurunkan berat badan lebih banyak daripada mereka yang menjalani diet rendah lemak (12,7 kilogram dibandingkan 8 kilogram). Kelompok diet rendah karbohidrat juga mengalami penurunan lemak di perut dan BMI secara keseluruhan.
"Pada dua kelompok itu, inflamasi pada tubuh adalah hal yang paling besar perubahannya. Jadi menurunkan berat badan memang mampu meredakan inflamasi dalam tubuh," terang Stewart.
Stewart dan tim peneliti tepatnya melaporkan hasil studi mereka melalui konferensi American Heart Association Scientific Sessions di Los Angeles.

Kandungan kadar kolesterol berlebih dalam tubuh bisa memicu terjadinya kematian mendadak sebagai akibat dari serangan jantung.
Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga Nasional (SKRTN), dalam 10 tahun terakhir angka kematian di Indonesia akibat PJK cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 1991, angka kematian akibat PJK adalah 16 %.
kemudian di tahun 2001 angka tersebut melonjak menjadi 26,4 %. Angka kematian akibat PJK diperkirakan mencapai 53,5 per 100.000 penduduk di Indonesia.
"Kolesterol tinggi merupakan 'silent killer' atau pembunuh tersembunyi yang sering tidak disadari. Kandungan kolesterol yang tinggi dalam tubuh kerap tak dirasakan, padahal dampaknya mematikan," kata Dokter Spesialis Penyakit Dalam Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Dr dr Ari Fahrial Syam kepada media di Jakarta.
Ari menjelaskan kolesterol berlebih yang menumpuk pada pembuluh darah akan membuat saluran itu menyempit, terus menyempit, hingga akhirnya pembuluh darah buntu yang bisa menyebabkan kematian secara mendadak.
"Kalau yang mengalami penyempitan pembuluh yang mengalirkan darah ke jantung bisa menyebabkan penyakit jantung koroner, kalau pembuluh darah di otak menyebabkan stroke, lumpuh separuh badan, dan kematian mendadak," jelasnya.
Karenanya, sambung Ari, kadar kolesterol dalam tubuh harus dicek secara rutin dan jangan disepelekan, kolesterol tinggi tak hanya menyerang orang-orang gemuk, sebab orang bertubuh kurus pun bisa tinggi kadar kolesterolnya.
"Cek kolesterol secara rutin memang efektif mengantisipasi kadar kolesterol berlebih, dan kalaupun ternyata sudah tinggi bisa diupayakan cara pengobatan dan terapi untuk menurunkan kadar kolesterol," ungkap Ari.
Sementara itu, Selly Kartika, Marketing Director PT Pfizer Indonesia menambahkan Jantung koroner merupakan salah satu penyakit pembunuh yang paling ditakuti di seluruh dunia dan banyak menyerang usia produktif.Terbutkti, 80% persen kematian karena jantung mendadak
“Selain mengajak masyarakat untuk memperhatikan kesehatannya, kegiatan ini merupakan wujud komitmen Pfizer kepada masyarakat untuk senantiasa berbagi informasi tentang kesehatan," imbuhnya.


No comments:

Post a Comment